Perjalanan Menjadi Pengusaha

Hari ini saya mau cerita perjalanan saya menjadi pengusaha, dari awal memulai, gagal bisnis, hingga saat ini. Awal saya ingin menjadi pengusaha karena Almarhum Papa saya adalah pengusaha. Sejak saya TK sudah sering diajak pergi ke Gudang (kita tidak punya toko, tapi gudang), ke customer (toko-toko bangunan), dan juga ke pabrik tempat Papa beli barang. 

Dari kegiatan tersebut, ada pekerjaan yang saya sukai. Ada juga pekerjaan yang  tidak saya sukai. Yang paling tidak saya sukai adalah menata cat (Papa sempat jualan cat sebelum tahun 1980), menunggu, atau nganggur di gudang. Oiya, saya juga tidak suka kalau menunggu Papa ngobrol lama dengan toko-toko yang menjadi customernya. 

Yang saya sukai atau minimal netral (bukan tidak suka), adalah pekerjaan-pekerjaan lain, seperti mengirim barang dagangan ke toko, melihat kolam renang pemilik pabrik, makan di rumah makan, minum teh botol dingin (jaman itu.. hmm… lihat aqua di pabrik aja heran) dan juga menghitung barang dagangan yang akan dikirim ke toko-toko.

 Hal lain yang saya ingat adalah, waktu SMA saya pernah coba-coba mengemudi truk dan ekor truk tersebut  mengenai becak yang sedang parkir. Orang tua ingin saya jadi pengusaha juga, meneruskan bisnis Papa, tapi saya tidak mau. Saya lebih suka membuat jalan sendiri. Saya tidak suka meneruskan sesuatu yang sudah jalan. Saya khawatir merusak bisnis Papa yang sudah bagus. Lebih baik, saya ber-eksperimen dengan bisnis saya sendiri. Dulu mikirnya begitu. 

Baca Juga  Siapa Bilang Income Pengusaha lebih Besar Dari Income Karyawan? 

Lulus kuliah tahun 1997, saya bingung. Ingin menjadi pengusaha, tapi bisnis apa, mulainya bagaimana? 

Akhirnya saya melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan dan diterima di perusahaan nasional di Jakarta. Hal yang saya ingat ketika saya akan berangkat ke Jakarta, Papa berpesan agar saya jangan lama-lama kerja dengan orang lain, cari pengalaman saja. 

Di Jakarta, bekerja di Perusahaan nasional itu enak. Saya belajar banyak. Mulai dari belajar excel, power point, access, menghitung kredit, menganalisa perusahaan, sampai belajar presentasi. Saat mengalami krisis moneter tahun 1997, sebagai trainee saya deg-degan juga, dipecat nggak nih dari perusahaan yang sedang mengalami masa-masa sulit. Waktu itu di kantor ada penawaran paket pensiun dini. Saya menemui atasan, kalau memang diperlukan, saya siap ambil paket. Tapi dilarang oleh atasan. 

Sambil bekerja sebagai karyawan, saya juga mencoba berbisnis. Mulai dari jualan mobil bekas, jualan alat pertanian, jualan kebutuhan sehari-hari lewat telpon, dll. Tapi tidak ada yang sukses, gagal total semua. 

2001, saya mendapat klien perusahaan multinasional. Mereka menawarkan lowongan, awalnya saya tawarkan ke teman-teman kantor, siapa yang mau mengisi. Seingat saya ada beberapa teman yang saya rekomendasikan ke klien saya tersebut. Tapi tidak ada yang jadi, ga tahu kenapa. 

Akhirnya saya ditawari klien saya untuk sekalian mencoba mengisi posisi tersebut. OK, dicoba aja, ternyata cocok, sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan. Setelah menimbang beberapa waktu, saya putuskan, saya ambil tawaran tersebut. 

Baca Juga  8 Cara Memulai Bisnis Properti untuk Pemula Tanpa Modal

Baru bergabung sebentar (kalau ga salah 2-3 bulan) di perusahaan baru tersebut, Papa meninggal. Tapi seingat saya, Papa bangga. Saya bekerja di perusahaan multinasional itu. Papa bercerita ke driver pribadinya, bahwa gaji saya lebih besar daripada gaji seluruh karyawan bisnis Papa. 

Di perusahaan baru tersebut, saya bisa menyesuaikan diri. Saya bisa berprestasi dengan baik dan beberapa kali mendapat jalan-jalan ke luar negeri. Karena walaupun beda bidang bisnis, tapi bidang yang dikerjakan tidak jauh-jauh dari pekerjaan saya sebelumnya. 

Perusahaan multinasional tersebut bergerak di penjualan computer. Saat itu (2001), harga notebook yang paling murah masih 10 juta (USD 1000an). Dan penjualan melalui kredit untuk PC belum umum. Rata-rata orang masih membeli secara tunai. Jadi ketika saya bisa mendapat partner perusahaan pembiayaan yang mau membiayai customer yang membeli produk PC tersebut secara kredit, saya mudah sekali untuk membuat program-program kredit yang memang sudah saya kuasai sebelum saya masuk ke perusahaan PC tersebut. 

Salah satu program saya, “DP nol, pulang bawa notebook baru dan uang 1 juta”. Laku keras. Notebook di gudang distributor bisa habis terjual. Tapi saat di perusahaan PC ini, keinginan untuk menjadi pengusaha kembali muncul, tapi ragu-ragu juga, karena income sudah bagus, posisi sudah enak, dan gengsi juga tinggi (beda lo perasaan saat ngasih kartu nama manager perusahaan multinasional, dengan direktur perusahaan sendiri yang masih imut). 

Baca Juga  Apakah Baik Untuk Memulai Bisnis Dengan Uang Pinjaman?

Maju mundur, ragu-ragu, bahkan ketika perusahaan computer itu diakuisisi/merger dengan perusahaan lain, saya masih ikut perusahaan computer baru yang mengakuisisi perusahaan lama tempat saya bekerja. Seharusnya saya segera ambil paket, dan resign saat itu. Tapi tidak saya lakukan. 

Baru setelah panas karena mengejar cewek, tapi ada saingan pengusaha, saya panas, ingin menjadi pengusaha juga  dan keluar dari karyawan. Keputusan emosional pasti lebih cepat dari keputusan rasional. Hahaha…. (untuk ini, baca artikel saya tentang motivasi pemutus, saya pernah share lebih detail tentang ini). 

31 Desember 2002, saya resign dari perusahaan multinasional tersebut. Pada 16 Januari 2003, saya mulai bisnis sendiri yang… hmmmm…. ternyata bisnis sendiri tidak seindah omongan motivator… hahaha. Saya pernah jadi karyawan, sekarang jadi pengusaha. Kalau ditanya enak jadi karyawan atau pengusaha, saya akan menjawab, sama saja, masing-masing ada enaknya, ada tidak enaknya juga. 

Lebih enak, baik karyawan ataupun pengusaha, wajib jadi investor. Investor itu posisi-nya paling enak, yang kerja orang lain, yang menikmati hasil adalah kita. Apalagi kalau invest-nya pakai uang orang lain, bukan uang milik sendiri, tapi setelah membayar hasil ke orang lain itu, sisanya ke kita masih banyak… hmmm… 

Semoga kita semua bisa jadi investor 

 

Salam pasive income property,

 

PIPO Hargiyanto

Share artikel ini apabila bermanfaat

Ingin dapat update terbaru dari saya? Masukan email Anda, saya akan update informasi terbaru ke email Anda secara berkala

Dapatkan Buku Properti Ko. Mo. Do.!

Anda bisa dapatkan di: