Omzet Turun Tapi Duit Jadi Banyak. Omzet Turun, Tapi Kas Perusahaan Naik, Kok Bisa?

Dalam kondisi krisis/resesi seperti hari ini, banyak perusahaan mengalami penurunan omzet. Tapi mendadak di rekening perusahaan, malah jadi banyak duit, kenapa? 

Fenomena ini terjadi di salah satu bisnis saya. Omzet turun 50%, tapi uang cash di rekening meningkat.

Kok bisa ya? Saya tahu penyebabnya. Menurut saya, fenomena ini mungkin bisa terjadi juga di bisnis teman-teman dan bisa menjadi tanda bahaya. 

Penyebabnya adalah omzet turun membawa konsekuensi di perusahaan saya, turunnya tagihan ke klien. Misal dulu omzet 1 Milyar per bulan, rata-rata klien membayar 2 bulan, jadi total tagihan klien (Account Receivables = AR) di perusahaan saya adalah 1 Milyar/ bulan x 2 bulan = 2 Milyar. Ini saya berbicara rata-rata ya, mungkin plus minus sedikit. Dalam kondisi tersebut, anggap saja rata-rata cadangan uang tunai di perusahaan 500 juta. 

Baca Juga  Punya Kredit, Kondisi Krisis Begini Bagaimana Nasibnya? 

Saat krisis ini, terjadi penurunan omzet, katakanlah 50%, sehingga omzet turun menjadi 500 juta/bulan. Bila rata-rata klien membayar tetap 2 bulan, maka total tagihan klien tinggal 500 juta/bulan x 2 bulan = 1 Milyar. Sehingga cadangan uang tunai perusahaan, seharusnya naik menjadi 1,5 Milyar. 500 juta dari cadangan uang tunai sehari-hari sebelum krisis, tambahan 1 Milyar-nya adalah dari pencairan tagihan klien. Berlaku juga bila terjadi penurunan stock/inventori. Kebetulan bisnis saya yang satu ini, tidak ada stok, adanya tagihan ke klien (AR) saja. 

Ketika rekening yang biasanya 500 juta, tiba-tiba menjadi 1.5 Milyar, maka godaan untuk memakai uang menjadi tinggi. Seolah-olah perusahaan untung. Padahal kalau dilihat di laporan keuangan laba rugi, bisa jadi profit minus, karena omzet turun, gross margin turun, tapi biaya operasional tetap, atau turun sedikit, tidak bisa mengimbangi penurunan omzet & gross margin. 

Baca Juga  Bukan Uang yang Membuat Orang Menjadi Kaya

Bila hal ini dibiarkan, maka bisa terjadi kemungkinan: 

  1. Uang kantor jadi dihambur-hamburkan karena merasa uang yang dipunyai sudah banyak.
  2. Kerugian perusahaan tidak terasa karena ada banyak uang di rekening, padahal hal ini menggerogoti modal. 
  3. Ketika kondisi kembali membaik dan membutuhkan modal kerja, modal kerja sudah habis karena digerogoti kerugian dan tidak bisa dipakai lagi. 

Saran saya dalam kondisi ini: 

  1. Monitor ketat laporan laba rugi. Jangan terbuai dengan penambahan kas perusahaan. Penambahan kas perusahaan yang terjadi saat omzet turun itu semu, bukan dari profit, tapi dari penurunan AR atau penurunan inventory. 
  2. Segera percepat peningkatan omzet. 
  3. Pertahankan laba rugi jangan sampai minus. Kalau omzet tidak bisa naik, ya berarti biaya harus turun secepatnya. 
  4. Kalau pakai kredit modal kerja, pastikan uang berlebih itu dimasukkan ke rekening kredit modal kerja tersebut, supaya bunga bisa di-rem. 
  5. Hati-hati dengan kualitas AR dalam kondisi krisis seperti ini, biasanya kualitas keuangan klien juga sedikit banyak terganggu. 
Baca Juga  9 Pelajaran Berharga dari Buku Rich Dad Poor Dad

 

Bagaimana dengan kondisi perusahaan milik teman-teman atau perusahaan tempat teman-teman bekerja? Apakah saat ini omzetnya naik atau turun? Tulis ya di kolom komentar. 

Terima kasih telah membaca artikel ini. Tetap semangat, semoga teman-teman sehat selalu dan semoga sukses selalu.

 

Salam passive income property,

 

PIPO Hargiyanto

 

Share artikel ini apabila bermanfaat

Ingin dapat update terbaru dari saya? Masukan email Anda, saya akan update informasi terbaru ke email Anda secara berkala

Dapatkan Buku Properti Ko. Mo. Do.!

Anda bisa dapatkan di: