Pekerjaan Atau Keluarga, Mana yang Lebih Penting? 

Semalam, saya nonton film “A Family Man” di TV. Film ini sudah beberapa hari saya tunggu-tunggu, karena sebelumnya saya cuma sempat nonton bagian akhir filmnya. Dari film ini mungkin kita bisa mencari jawaban dari pertanyaan “mana yang lebih penting, pekerjaan atau keluarga?”.

Film ini bercerita tentang keras dan kotornya persaingan di bisnis headhunter (belum tentu di dunia nyata ya… jangan digeneralisir, ini cuma film… hehehe). Menceritakan tentang seorang ayah (Dane) yang bekerja di bisnis headhunter. Dia sedang  berkompetisi di kantor. Pemenang dari kompetisi ini akan diangkat sebagai direktur. Dane memiliki seorang anak (Ray) yang mengidap penyakit leukemia dan membutuhkan perhatian besar dari sang ayah.

Mana yang lebih penting, pekerjaan atau keluarga? 

Bisnis headhunter yang digambarkan dalam film ini, sangat kotor dan keras. Headhunter adalah bisnis untuk mencari manager/direktur bagi sebuah perusahaan. Perusahaan headhunter sudah memiliki database, siapa saja yang tersedia dan membantu perusahaan yang membutuhkan manager/direktur untuk mendapat kandidat yang diinginkan/cocok dengan kualifikasi perusahaan tersebut. Bila tidak ada yang cocok dengan database kandidat yang dimiliki, maka perusahaan Headhunter akan mencarikan kandidat yang sesuai keinginan dengan kriteria perusahaan klien. Headhunter mendapat komisi bila perusahaan mendapat kandidat yang cocok dengan yang diinginkan.

Kotornya bisnis tersebut digambarkan dalam suatu adegan. Suatu ketika, Setelah mendapat info bahwa kandidat yang dicari oleh Dane memilih bekerja di perusahaan lain, bukan perusahaan yang sedang diarahkan oleh Dane. Dane menelpon dengan nomor sekali pakai ke perusahan lain tersebut dengan berpura-pura menjadi FBI. Dane memfitnah bahwa kandidat yang baru diterima  tersebut adalah penjahat seksual (pedofil), dan bila ada masalah dengan kandidat tersebut, perusahaan harus bertanggung jawab. Akibatnya kandidat tersebut dibatalkan bekerja di perusahaan yang dipilihnya dan harus bekerja di perusahaan klien Dane. 

Baca Juga  Mau Keluar Dari Zona Nyaman? Pasang Singa Di Belakang Anda

Dane juga berusaha meminta Lou, seorang kandidat manager teknik berusia 59 tahun untuk menganti CV-nya supaya klien tidak tahu bahwa Lou berumur 59. Karena kliennya tidak akan menerima orang yang berumur 59 tahun untuk bekerja di perusahaannya. Dane juga meminta para marketing di bawah tim Dane, untuk menginformasikan bahwa Lou seolah-olah berumur 39, bukan 59 tahun.

Dane selalu rajin bekerja, fokus dengan pekerjaan, baik di kantor, maupun di rumah. Istrinya keberatan karena Dane terlalu mementingkan pekerjaan kantor. Selalu sibuk menerima telfon urusan kantor ketika sedang di rumah. Bahkan di acara makan Bersama keluarga besar saat thanksgiving, Dane tetap tidak mementingkan keluarganya. Bos Dane di tempatnya bekerja bernama Ed. atasannya tersebut tidak menikah, gila kerja, sangat mendorong tim-nya untuk bekerja keras, dan kasar. 

Ray, anak Dane, sangat mengagumi ayahnya. Ia mengatakan ke semua orang bahwa ayahnya (Dane), bekerja sebagai orang yang mencarikan pekerjaan bagi ayah-ayah keluarga lain supaya ayah keluarga lain tersebut bisa menafkahi keluarganya. Ray bercita-cita menjadi arsitek. Dia senang melihat bangunan berarsitektur unik dan terkenal. Ray biasanya pura-pura menggambar di malam hari supaya bisa bertemu dengan ayahnya yang baru pulang malam hari dari kantor.

 Keadaan mulai berubah saat Ray terdeteksi sakit Leukimia dan harus menginap di rumah sakit. Awalnya Dane tetap fokus pada pekerjaannya, tapi setelah Ray koma dan meninggal. Dr.Singh, dokter Ray mengatakan bahwa anak yang koma, masih mendengar suara ayahnya. Dengan mendengar suara ayahnya itu mungkin bisa membantu menyembuhkan Ray. Dane yang tidak ingin berpisah dengan Ray, mulai bekerja dari kamar tempat Ray dirawat. 

Baca Juga  Distribusi Kekayaan, yang Terjadi Bila Seluruh Kekayaan Dikumpulkan dan Dibagi

Dane mulai berpikir, bahwa kalau dia berbuat kebaikan, mungkin anaknya akan sembuh. Klien terakhir Dane di perusahaan headhunter Blackridge, adalah Toni. Untuk mengisi posisi manager Teknik, Toni memilih merekrut Ping, kandidat yang diajukan oleh Race, anak buah Dane dibandingkan memilih Lou yang diajukan oleh Dane. Toni berkata, bahwa Lou memang lebih baik, tapi Lou sudah berusia 59 tahun, ditambah fee untuk Dane, uang pindah, dll. Maka Lou tidak menarik untuk perusahaan Toni. 

Dane menyarankan Toni untuk memilih Lou saja. Dane akan memberikan gratis fee untuk Blackridge. Toni setuju. Lou adalah manager tua yang sudah setahun menganggur. Istri Lou harus meminjam uang ke anak-anaknya untuk bisa bertahan hidup. Bahkan Lou mau bila ada posisi entry level manager Teknik. Dia senang sekali bisa bekerja lagi.. 

Karena memberikan kandidat gratis dan kalah dalam kompetisi memperebutkan posisi direktur, mengantikan Ed. Maka Dane dipecat dari perusahaan Blackridge. Di saat putus asa tersebut, Ray mulai sadar dari komanya dan terus membaik. Datang surat dari Ed, mantan atasan Dane di Blackridge. Isi surat tersebut adalah ucapan selamat dari Ed. di surat tersebut juga ada sobekan surat perjanjian anti kompetisi. Surat kompetisi ini berisi bahwa karyawan yang bekerja di blackridge, bila keluar/mundur/ dipecat, tidak boleh berbisnis/bekerja di perush headhunter lain atau memakai data-data perusahaan Blackridge. 

Baca Juga  Cashflow Quadrant Adalah: Pengertian & Jenisnya (Lengkap!)

Karena surat anti kompetisi sudah disobek-sobek oleh Ed, sebagai hadiah Ed untuk Dane yang sudah bertahun-tahun bekerja di Blackridge dan dipecat. Dane membuka bisnis headhunter sendiri di rumah. 

Akhir cerita, saat sulit memulai bisnis headhunter sendiri dan tidak ada order. Datang order dari Lou, manager Teknik yang ditempatkan di Toni. Lou membutuhkan 2 – 3 manager Teknik, gaji fleksibel, dan Dane segera mengambil order tersebut dengan menyerahkan data-data yang ia punya.

Dane sangat menikmati bekerja dari rumah. Sekarang Dane tidak mau menerima telfon, bahkan dari klien sekalipun, bila sedang jam makan berdua dengan istrinya. Dane jadi mempunyai banyak waktu untuk dihabiskan bersama istri dan anak-anaknya.

 

Saya tertarik melihat film ini dari sisi bisnisnya…. Gila ya, bisnis, kalau mau jahat, bisa jahat sekali. Tapi saya tetap percaya, etika bisnis lebih penting daripada hasil. Jangka pendek, cara-cara jahat dan tidak etis bisa menang. Tapi untuk jangka panjang, integritas dan etika bisnis akan menang. Karena nama baik adalah salah satu aset perusahaan yang paling berharga. 

Menjawab pertanyaan awal, mana yang lebih penting, pekerjaan atau waktu dengan keluarga?

Bagaimana menurut teman-teman? mana yang lebih penting? Silahkan komen di bawah yaa.

Demikian sharing saya hari ini. Terima kasih telah membaca artikel saya, semoga bermanfaat.

Salam passive income property,

 

PIPO Hargiyanto

 

 

 

Share artikel ini apabila bermanfaat

Ingin dapat update terbaru dari saya? Masukan email Anda, saya akan update informasi terbaru ke email Anda secara berkala

Dapatkan Buku Properti Ko. Mo. Do.!

Anda bisa dapatkan di: